Menyongsong Persatuan dengan Konteks Bhineka Tunggal Ika untuk Rekonsiliasi Bangsa


Dimana ada persatuan,disitu selalu ada kemenangan.-Publilius Syrus

Kehidupan bangsa berbahagia, jika mampu menciptakan persatuan dikeanekaragaman. Hal ini terukur dari sikap toleransi dan menghargai budaya lain yang berbeda. Namun, memiliki tujuan dan cita-cita yang sama untuk persatuan bangsa. 

Mengingat bahwa Indonesia mulai Sabang sampai Merauke, selalu kita dengar bahwa tanah air Indonesia sangatlah kaya. Mengapa demikian? Negara Indonesia mengakui bahwa memiliki banyak suku, ras, agama, bahasa dan budaya, memang mutlak bahwa bangsa kita beraenakaragam kebudayaan. 

Tak dipungkiri bahwa sering sekali kekuatan persatuan bangsa kita melemah, maka lahirlah istilah Bhineka Tunggal Ika. Semboyan tersebut sudah tidak asing bagi masyarakat pribumi, karena sejak kita sekolah dari taman kanak-kanak sampai kita dewasa pastinya sering mengulas Bhineka Tunggal Ika. Sebab apa? Karena kehidupan kita sehari-hari, mulai bekerja, bermasyarakat, bahkan saat kita melakukan kegiatan rutinitas tidak luput dari konteks Bhineka Tunggal Ika. 

Semua orang mengerti betul bahwa Semboyan Bhineka Tunggal Ika memiliki arti ‘berbeda-beda tetapi tetap satu jua’. Namun tidak hanya itu, terdapat banyak sekali makna yang terkandung. Seperti halnya saat kita menyikapi adanya perbedaan, diajarkan untuk bersikap saling menghargai, toleransi, dan persatuan agar terciptanya kerukunan dan suasana yang kondusif di lingkungan masyarakat. 

Keberagaman dan perbedaan menjadi kunci keindahan suatu negara. Karena setiap satu perbedaan adalah penghias dan pelengkap bagi yang lain. Pelangi dan bunga warna-warni di taman menjadi bukti nyata bahwa keberagaman adalah hal yang menarik. 

Warna-warnanya memang berbeda dan beraneka, itu akan membuat  terlihat lebih indah karena melengkapi dan saling membaur. Keindahan tak hanya terletak pada kesamaan saja, sesungguhnya suatu yang monoton muncul dari hal yang biasa saja dan pada stagnan yang sama.

Mengambil salah satu contoh  kota di Jawa Timur, Tulungagung bersemboyan ayem, tentrem, mulyo, lan tinata. Mengapa demikian? Diharapkan kota ini dapat merasionalisasikan semboyan tersebut karena kita bangun konteks Bhineka Tunggal Ika. Tulungagung memiliki banyak sekali budaya dalam masyarakat. Hal itu menjadi daya tarik tersendiri, karena para wisatawan dan masyarakat yang ada di lingkungan ini juga dapat belajar bahwa kita dapat hidup rukun dan nyaman meski budayanya heterogen. Setiap acara yang berkaitan tentang kebudayaan ditampilkan, masyarakat sangat bangga karena mereka sadar bahwa kekayaan kebudayaan adalah aset berharga untuk daerah itu sendiri.

Untuk menumbuhkan persatuan dalam jiwa masyarakat membutuhkan tenaga yang ekstra. Kesadaran bahwa persatuan itu penting, wajib dididik sejak dini. Generasi muda adalah bibit dan pondasi persatuan bangsa. Karena mereka yang akan meneruskan perjuangan para pendiri bangsa yang susah payah dalam menegakkan kesatuan Indonesia. 
Bersatu dalam perbedaan memang terkadang tidak semudah apa yang kita bayangkan bagi beberapa kelompok orang yang minim akan wawasan persatuan. Masih banyak di luar sana kaum elit yang mementingkan ego. Bukannya itu malah menghancurkan bangsa sendiri? Faktanya memang kita dibedakan dengan pangkat, jabatan, dan kedudukan. 

Hal itu memang wajar dan mutlak terjadi, karena adanya kedudukan itu dimaksudkan untuk memajukan bangsa Indonesia. Status yang tinggi diimbangi dengan tanggungjawab yang besar pula. Namun masih banyak kaum elit yang terkadang melupakan bahwa persatuan itu penting dan hanya ingin mewujudkan kepentingannya saja. Tak ingat dengan bangsanya memiliki latar belakang riwayat hidup yang beragam. 

Kaum elit dipercaya mampu menjadi perwakilan yang akan menyuarakan suara rakyat kecil, karena mereka juga terlahir dari rakyat. Namun apa nyatanya? Realita tak semanis ekspetasi. 

Memang betul pada awalnya berjalan normal, namun tak lama kemudian, hanya karena uang semua cara dihalalkan. Sebagai warga yang baik kita turut menjaga kekayaan ibu pertiwi dan tidak mengeksploitasinya hanya untuk golongan tertentu. 

Eksploitasi tanpa batas juga meresahkan masyarakat. Kaum elit melupakan tanggungjawab, sehingga ketidakadilan pun terjadi. Rakyat kecil kecewa dan persatuan Indonesia melemah. Kecewa juga menjadi pemicu dalam keruntuhan suatu bangsa. 

Oleh karena itu, tak terherankan bahwa demonstrasi akan bermunculan sana sini. 
Akhir-akhir ini sudah banyak kasus yang kita dengar tentang demonstrasi yang memanas. Nah, inilah salah satu penyebab perpecahan bangsa. 

Para demonstran adalah sekelompok pemuda dari berbagai kalangan pelajar yang hanya ingin menegakkan keadilan. Mereka hanya ingin bahwa kaum elit dapat mewakili kepentingan dan aspirasi rakyat. Bukan hanya kepentingan kaum elit saja yang diutamakan. Semua yang berkaitan dengan Indonesia yaitu dari rakyat, untuk rakyat, oleh rakyat dan pastinya yang akan menjalankan rakyat juga. Untuk itu kaum elit harus mampu menampung dan menyajikan hal yang bisa mewakili kepentingan bangsa untuk makmur dan sejahtera. 

Jika kita renungkan, kita sebagai warga negara Indonesia memiliki tujuan dan cita-cita yang sama yaitu bangsa yang utuh dan makmur. Dengan begitu setiap warga, baik kaum elit maupun rakyat kecil harus bisa saling berkolaborasi untuk menerapkan persatuan yang kokoh dan saling toleransi agar tidak terpecah. Setiap orang juga harus mempertanggungjawabkan kewajiban yang telah diemban dengan sebaik-baiknya, tanpa merugikan pihak manapun.

Setiap orang memang memiliki status dan golongan yang berbeda. Sikap yang saling menjaga dan menghargai orang lain akan menimbulkan rasa sadar di setiap orang bahwa itu bangsa dan saudaranya sendiri. Jika setiap ego diminimalisasikan serta etika baik dimaksimalkan yang merupakan tata krama dalam berperilaku dapat memunculkan kepribadian diri bangsa, itu semua menjadikan bangsa yang rukun. Nah, inilah yang menjadi pembeda kita dengan bangsa lain. 

Etika yang sopan serta ramah adalah kunci dari indahnya kehidupan bermasyarakat. Kita akan mampu menghargai budaya orang lain, dan itulah point penting memaknai Bhineka Tunggal Ika. Kita boleh beda status, beda keyakinan, beda bahasa, namun etika yang baik tetaplah menjadi jati diri bangsa Indonesia.

Dalam beretika, ramah juga belum cukup jika belum diimbangi dengan tutur kata yang sopan. Berbahasa yang baik memang sudah diajarkan para leluhur bangsa untuk mencuatkan kepribadian yang menjadi pembeda dengan bangsa lain. Indonesia memiliki banyak sekali bahasa. Setiap suku dan daerah tak aneh lagi jika mempunyai bahasa daerah masing-masing. Kata dan logatnya pun memang beraneka. 

Saat kita sedang keluar daerah, maka kita akan menemui hal yang berbeda. Itu memang lumrah terjadi, tidak usah heran jika kita menemukan suatu bahasa yang belum pernah kita dengar dan tidak mengerti sama sekali, kita harus tetap menghargai dan menghormati siapapun lawan bicara kita. Kita tidak boleh meremehkan apalagi menertawakan bahasa atau logat yang aneh karena itu dapat menyinggung seseorang. Saat menemui hal seperti itu, bukan menjadi kendala lagi bagi kita dalam berkomunikasi. Kita memiliki bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia.
Melestarikan kearifan lokal adalah bentuk kebanggaan dan tanggung jawab terhadap budaya sendiri. 

Bahasa dan logat daerah memang terkadang sudah melekat pada diri seseorang yang merupakan bentuk mengekspresikan budaya yang ada di daerah tersebut. Menghargai bahasa dan budaya orang lain harus selalu kita terapkan karena itu sama saja kita menghargai budaya sendiri. 

Saat kita bertransmigrasi ke daerah lain, otomatis kita menjadi minoritas disana. Tetapi Bhineka Tunggal Ika tidak mengenal kaum minoritas dan mayoritas dalam keseharian.  

Saat ada salah satu kaum minoritas berpendapat, kita harus menerima dan menghargainya. Dalam Bhineka tunggal ika kita diajarkan tentang mengkombinasikan sesuatu hal yang berbeda menjadi satu dan menciptakan hal baru yang lebih baik dan dapat berjalan beriringan. 

Akulturasi ini salah satu cara dalam menjaga persatuan. Kita dapat mempersatukan dan memadukan pendapat dari semua kalangan yang mungkin berbeda, namun dapat disatukan karena sebuah tujuan yang sama. Itulah salah satu keindahan dari Bhineka Tunggal Ika.

Berbeda pendapat memang lumrah terjadi. Mengambil satu kejadian yaitu tawuran atau perkelahian antar remaja. Pemicunya hanya karena kesalahfahaman atau perbedaan pendapat. Hal sepele itu dibumbui dengan emosi yang meluap dan menyebabkan suatu amarah yang kemudian dilampiaskan. 

Pendidikan remaja harus tepat dan efektif dilakukan karena mereka adalah generasi penerus bangsa. Tanpa pengarahan pengendalian emosi yang tepat, remaja akan labil dan tidak bisa terkontrol. 

Tawuran biasanya sering terjadi antar siswa sekolah ataupun antar perguruan pencak silat, dll.
Di lingkungan saya, yang paling sering terjadi antar perguruan pencak silat. Di Indonesia, memang banyak jenis perguruan pencak silat yang eksis dikalangan remaja. Sama-sama bernotaben bela diri, namun memiliki proses pembelajaran dan mungkin peraturan serta tata tertibnya berbeda. 

Alih-alih bersaudara, namun malah sering terdengar pertengkaran antar perguruan pencak silat. Kita sebagai generasi penerus bangsa seharusnya bersaudara dan mampu mempertahankan keutuhan NKRI. Gotong royong dan tolong menolong antar masyarakat sangatlah berdampak dalam membangun dan mempertahankan negara tercinta agar rekonsiliasi bisa terus dinikmati. Bukannya malah saling menyerang bolo dewe. Dampak dari itu sangat signifikan dirasakan masyarakat. Sungguh suram jika itu terus terjadi dan berkelanjutan. Bisa-bisa negara kita runtuh karena kita hanya memusatkan perhatian untuk kasus yang penyebabnya hanya sepele dan lengah dengan penjajah luar negeri yang bersiap untuk mengincar negara kita. Keutuhan dan kedaulatan NKRI sekali lagi terancam hanya karena ulah kita sendiri. Para generasi muda harus sadar dan mengerti betul bahwa memang wajib kita bersatu dan mengumpulkan tekad untuk menjaga persatuan Indonesia seperti yang tertera pada dasar negara kita. 

Untuk menyikapinya, kita sebagai siswa dapat mengimplementasikan konteks Bhineka Tunggal Ika dengan mudah dan sederhana yang diawali dengan hal kecil. Mulai dengan saling menghargai, toleransi, dan tolong-menolong di lingkungan sekolah maupun masyarakat. Mudah sekali bukan? Ambil contoh dari sekolah saya SMK Negeri 1 Bandung. Setiap diesnatalis, banyak sekali kegiatan yang dilakukan dalam menyongsong rasa persatuan antar siswa. Tampilan yang dipertunjukan adalah kolaborasi antara ekstakurikuler band, seni tari, karawitan dan dance. Jika dilihat memanglah keempat ekstra tersebut berbeda, namun dapat dikombinasikan menjadi satu kesatuan yang apik. Kerjasama dan kerukunan serta kekompakan bisa terjalin lewat konteks Bhineka Tunggal Ika. Dengan demikian, generasi milenial mulai sekarang mempersiapkan diri untuk pembangunan negara kedepannya agar perdamaian dan kerukunan bangsa tetap terjaga.



(kata-kata bijak persatuan dan kesatuan bangsa)
Sejarah mengenai motto kota Tulungagung
















BIODATA PENULIS

Remaja yang suka iseng menulis ini bernama Lengkap Nur Rohmawati. Ia lahir di Waisarisa pada tanggal 08 Januari 2003. Ia tinggal di RT 002/ RW 002, Dsn. Sanggar, Ds. Ngepeh, Kec. Bandung,  Kab. Tulungagung, Prov. Jawa Timur. Ia sekarang masih menduduki bangku Kelas XI AKL 4. Jurusan yang diambil adalah Akuntansi (bisnis dan menejemen) . Ia sekarang bersekolah  di SMK Negeri 1 Bandung, Tulungagung. Nama penulisannya adalah NR. 

Untuk menghubunginya cukup mudah, yuk yang mau kenalan.
email : noerma942@gmail.com
username instagram : das.licht_

Ia sangat senang dengan suatu hal yang baru, mencoba dan terus menjajal  hal yang menantang. Hal yang belum pernah ia lakukan di hidupnya. Jika ada kesempatan, maka lakukan saja. Karena ia sadar bahwa kesempatan tak datang dua kali. Meskipun itu datang lagi, itu tak akan sebaik yang pertama. Jadi, apa salahnya mencoba? Terus belajar dan mencoba.

Ia punya motto dan prinsip di hidupnya, yaitu 'konsisten pada komitmen'. Kalimat sederhana itu mulai ia terapkan di hidupnya. Meskipun begitu, konsistensi itu cukup sulit di terapkan. Jika niat dan tekad belum bulat maka konsisten hanya omongan belaka. Belajar konsisten pada komitmen agar hidup tertata dan teratur itu yang ia pegang.

Cita-cita yang sangat diimpikannya adalah menjadi seorang akuntan. Meskipun hobi menulis, ia juga pernah vakum dalam dunia kepenulisan. Tapi, itu tak merubah niatnya untuk tetap belajar di dunia literasi. Sejak ia mengikuti bimtek literasi di Malang, jiwa kepenulisannya mulai membara kembali berkat motivasi-motivasi handal dari penulis terkenal. Ia sangat berterimakasih atas kesempatan itu. Kini, ia kembali bersemangat untuk melanjutkan belajarnya di dunia literasi. 

Salam Literasi!

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Wanita Penakluk Kriminalitas